NAMANYA Babar Ali, usianya baru 16 tahun.Sebagaimana anak-anak seumurannya, tiap pagi dia juga disibukkan aktivitas bersekolah. Begitu jam berbunyi pukul 06.00, Ali bergegas naik bajaj, menuju sekolahnya, Raj Govinda, yang berjarak sekitar 10 km dari rumah. Ali memang beruntung.
Dia mampu bersekolah ketika teman-teman sebayanya di Murshidabad, Bengal Barat, India, tidak bisa menikmati pelajaran dengan duduk di kelas yang bagus dan menyimak pelajaran dari guru-guru yang terlatih sebagaimana di Raj Govinda. Ali adalah anggota pertama di keluarganya yang mendapatkan pendidikan layak. “Nggak gampang ke sekolah karena saya tinggal jauh sekali,” ujarnya kepada BBC.
“Tapi guru-guru di sini baik dan saya suka belajar.Orang tua saya yakin saya harus mendapatkan pendidikan terbaik,makanya saya ada di sini.” Raj Govinda adalah sekolah milik pemerintah, jadi gratis.Tapi tetap saja keluarga Ali harus merogoh kocek 1.800 rupee (sekitar Rp365.300) per tahun untuk membayar seragam, buku, dan bajaj untuk mengantarkannya ke sekolah. Saat masih berusia sembilan tahun, Ali sering main sekolah-sekolahan dengan teman-teman sebayanya di dekat rumahnya.
Rupanya, anak-anak yang tidak pernah bersekolah itu sangat suka dan selalu ingin tahu apa yang diajarkan kepada Ali tiap kali dia pergi sekolah. “Awalnya saya cuma main-main, pura-pura mengajari teman-teman saya,” lanjut Ali, “tapi saya lalu sadar mereka tidak akan pernah belajar membaca dan menulis kalau mereka tidak punya pelajaran yang layak. Jadi sudah tugas saya mengajari mereka, membantu negara ini membangun masa depan yang lebih baik.
Maka, tiap siang, sepulang sekolah pada pukul 16.00, Ali bukannya pergi main. Dia menuju ke kebun belakang rumah dan menyapa 800 siswanya, semuanya dari keluarga miskin dan diajarkan berbagai pelajaran tanpa dipungut biaya. Sebelum memulai pelajaran, Ali memukul bel dan semua anak akan masuk “sekolah”. Mereka membanjiri “sekolah” itu melalui pintu menuju halaman belakang rumah Ali yang sudah disulap menjadi sekolah. Di sekolah tak resmi itulah Ali bertindak sebagai kepala sekolah sekaligus guru. Kini, di usianya yang masih 16 tahun Ali pastinya adalah kepala sekolah termuda di dunia.
Sebelum memulai pelajaran, para siswa berbaris dan menyanyikan lagu kebangsaan India. Berdiri di sebuah mimbar, Ali berpidato tentang kedisiplinan, lalu pelajaran dimulai. Ali memberikan pelajaran sebagaimana dia dengar dari para gurunya di Raj Govinda.Beberapa muridnya duduk di atas tanah, lainnya di bangku di bawah tenda. Di tiap pojok halaman itu terlihat para siswa sedang belajar. Termasuk Ali, kini ada 10 guru di sekolah itu. Semuanya, seperti dia, adalah siswa sekolah atau mahasiswa, yang secara suka rela mengajar.
Babar Ali tidak memungut biaya atas apa saja, bahkan buku atau makanan pun gratis, dananya dari sumbangan. Artinya, orang termiskin pun boleh datang. “Lingkungan kami ini secara ekonomi miskin, ”beber Ali,“ tanpa sekolah ini, banyak anak yang tidak akan mendapatkan pendidikan. Mereka bahkan tidak akan pernah melek huruf.” Sekolah itu kini diakui otoritas lokal, karena membantu mengurangi tingkat buta aksara di kawasan itu.
Ali mendapatkan banyak penghargaan atas apa yang dia lakukan itu. Muridnya yang paling muda berusia empat atau lima tahun. (BBC/andika hm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar