Jembatan Leuwi Lember yang ambruk gara-gara tergerus Sungai Ciliman di Desa Cicaringin, hanya tinggal kawat. Jembatan itu tak kunjung diperbaiki kendati sudah diadukan tokoh masyarakat setempat ke DPRD Banten hingga Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Foto terbaru Jembatan Leuwi Lember yang hanya tinggal kawat itu berhasil diabadikan oleh wartawan foto Antara, Asep Fathulrahman. Dalam foto yang dimuat di Majalah Berita Mingguan (MBM) Tempo halaman 10 itu memiliki caption: "JEMBATAN KAWAT BAJA" Para siswa kelas enam SD Negeri Cicaringin 3 ini bukan sedang melakukan kegiatan outbond. Ketiadaan jembatan memaksa mereka meniti kawat baja menyeberangi Sungai Ciliman saat akan mengikuti ujian nasional di Desa Cicaringin, Banten, Senin, 9 Mei."
Memprihatinkan! Dalam foto itu tampak sekitar 8 bocah berseragam SD, ada yang memakai baju olahraga, semuanya bersandal jepit. Mereka dengan berhati-hati memegangi kawat baja yang melintang pukang di atas Sungai Ciliman selebar sekitar 40 meter. Ketinggian jembatan kawat baja dari atas sungai sekitar 5 meter.
Dari berita yang ditelusuri dari situs gardaberita.com, jembatan itu ambrol pada awal Maret 2011. Pada April 2011 warga setempat sudah menghabiskan ratusan juta untuk membangun pondasi dan tiang pancang secara swadaya. Namun upaya pembangunan itu terhenti, lantaran warga kehabisan dana.
Pada Kamis (7/4/2011) beberapa tokoh masyarakat setempat sebenarnya sudah mengadukan mengenai jembatan yang putus ini kepada DPRD Banten. Mereka diterima Komisi D yang membawahi bidang insfrastruktur dan transportasi, yaitu Ketua Komisi D DPRD Lebak, H Dana Ukon dan beberapa anggota dewan, M Nur, Sirod dan H Suharjaya alias Bhonek.
Mereka menanyakan kepastian perbaikan Jembatan Leuwi Lember karena hingga sebulan berlalu, belum ada tanda-tanda pejabat dinas terkait datang mengecek, apalagi memperbaiki jembatan. Warga pun selama ini ketar-ketir menyeberang jembatan dengen getek karena arus sungai yang deras.
Komisi D DPRD Banten itu merujuk laporan warga Desa Cicaringin ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Masalah Jembatan Leuwi Lember ini pun sudah sampai ke telinga Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Usai penutupan pekan daerah KTNA di Gedung LPMP, Rangkasbitung, Lebak, Kamis (21/04/2011), Ratu Atut berjanji jembatan itu menjadi prioritas.
Ratu memerintahkan Binamarga dan Tata Ruang (BMTR) Pemprov Banten untuk segera membantu Pemkab Lebak untuk membangun kembali jembatan tersebut. Saat itu, Atut bahkan segera mengangkat teleponnya, menelepon pejabat terkait, pembangunan jembatan gantung itu menjadi prioritas yang dibangun tahun ini.
Namun, pada 9 Mei 2011, anak-anak sekolah di Desa Cicaringin itu masih tertangkap kamera menyeberangi jembatan dengan merambati kawat di atas Sungai Ciliman. Bahaya pun mengancam anak-anak itu.
sumber: http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=12292
Foto terbaru Jembatan Leuwi Lember yang hanya tinggal kawat itu berhasil diabadikan oleh wartawan foto Antara, Asep Fathulrahman. Dalam foto yang dimuat di Majalah Berita Mingguan (MBM) Tempo halaman 10 itu memiliki caption: "JEMBATAN KAWAT BAJA" Para siswa kelas enam SD Negeri Cicaringin 3 ini bukan sedang melakukan kegiatan outbond. Ketiadaan jembatan memaksa mereka meniti kawat baja menyeberangi Sungai Ciliman saat akan mengikuti ujian nasional di Desa Cicaringin, Banten, Senin, 9 Mei."
Memprihatinkan! Dalam foto itu tampak sekitar 8 bocah berseragam SD, ada yang memakai baju olahraga, semuanya bersandal jepit. Mereka dengan berhati-hati memegangi kawat baja yang melintang pukang di atas Sungai Ciliman selebar sekitar 40 meter. Ketinggian jembatan kawat baja dari atas sungai sekitar 5 meter.
Dari berita yang ditelusuri dari situs gardaberita.com, jembatan itu ambrol pada awal Maret 2011. Pada April 2011 warga setempat sudah menghabiskan ratusan juta untuk membangun pondasi dan tiang pancang secara swadaya. Namun upaya pembangunan itu terhenti, lantaran warga kehabisan dana.
Pada Kamis (7/4/2011) beberapa tokoh masyarakat setempat sebenarnya sudah mengadukan mengenai jembatan yang putus ini kepada DPRD Banten. Mereka diterima Komisi D yang membawahi bidang insfrastruktur dan transportasi, yaitu Ketua Komisi D DPRD Lebak, H Dana Ukon dan beberapa anggota dewan, M Nur, Sirod dan H Suharjaya alias Bhonek.
Mereka menanyakan kepastian perbaikan Jembatan Leuwi Lember karena hingga sebulan berlalu, belum ada tanda-tanda pejabat dinas terkait datang mengecek, apalagi memperbaiki jembatan. Warga pun selama ini ketar-ketir menyeberang jembatan dengen getek karena arus sungai yang deras.
Komisi D DPRD Banten itu merujuk laporan warga Desa Cicaringin ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Masalah Jembatan Leuwi Lember ini pun sudah sampai ke telinga Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Usai penutupan pekan daerah KTNA di Gedung LPMP, Rangkasbitung, Lebak, Kamis (21/04/2011), Ratu Atut berjanji jembatan itu menjadi prioritas.
Ratu memerintahkan Binamarga dan Tata Ruang (BMTR) Pemprov Banten untuk segera membantu Pemkab Lebak untuk membangun kembali jembatan tersebut. Saat itu, Atut bahkan segera mengangkat teleponnya, menelepon pejabat terkait, pembangunan jembatan gantung itu menjadi prioritas yang dibangun tahun ini.
Namun, pada 9 Mei 2011, anak-anak sekolah di Desa Cicaringin itu masih tertangkap kamera menyeberangi jembatan dengan merambati kawat di atas Sungai Ciliman. Bahaya pun mengancam anak-anak itu.
sumber: http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=12292
Tidak ada komentar:
Posting Komentar