JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia telah menjadi salah satu destinasi wisata untuk kapal pesiar (cruise) mancanegara. Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan sehingga memiliki potensi wisata bahari yang tinggi. Belakangan ini operator kapal pesiar dunia makin menaruh minat terhadap Indonesia.
"Terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2011 cruise calls 178 kapal. Untuk tahun 2012 mencapai 215," kata Direktur Pemasaran Luar Negeri Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Noviendi Makalam dalam jumpa pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (25/5/2011).
Berbeda dengan paket wisata lainnya, rute tur dengan kapal pesiar sudah dipersiapkan sejak dua tahun lalu. Jadi, jumlah kunjungan kapal pesiar untuk tahun 2011 dan 2012 sudah dapat diketahui sejak dini.
Beberapa kapal pesiar ini bisa memuat penumpang hingga 2.000 orang. Bahkan, mega cruise atau kapal pesiar generasi baru yang berkapasitas lebih banyak pernah mampir ke Indonesia. Salah satunya adalah Rhapsody of The Seas milik Royal Caribbean International berkapasitas 2.453 penumpang pernah berlabuh di Lombok, NTB.
Menurut Direktur Jenderal Pemasaran Kembudpar Sapta Nirwandar, pendapatan dari kedatangan kapal pesiar sangat besar. Rombongan wisatawan biasa berlabuh di beberapa daerah wisata, seperti Bali dan NTB. Mereka lalu meneruskan wisata di darat selama 12-24 jam.
"Perkiraannya mereka menghabiskan 50-100 dollar AS per orang. Belum makan selama di kapal pesiar dan lain-lain. Dalam jangka panjang, dampak ekonomi juga besar," kata Sapta.
Hanya saja, lanjut Sapta, kendala utama adalah Indonesia belum memiliki pelabuhan berstandar internasional untuk kapal pesiar.
"Kami menerima beberapa masukan dari operator cruise. Masalahnya adalah mulai dari yang sangat sederhana, seperti kebersihan tempat wisata, mencari destinasi baru, dan menempatkan kapal. Kalau tidak bisa merapat, kapal pesiar harus lempar jangkar. Penumpang ke darat dengan tender boat. Ini ongkosnya lebih mahal," ungkap Noviendi.
Karena itu, Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kembudpar akan menyelenggarakan seminar internasional bertemakan "Cruise Development of Indonesia: How to Meet The Challenge of The Increasing Tonnage and Capacity of The Cruise Ships". Seminar akan berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Kembudpar, Senin (30/5/2011).
Dalam seminar tersebut akan dibahas bagaimana mencari solusi untuk kendala yang dihadapi dan cara-cara meningkatkan jumlah dan kualitas pelayanan terhadap kunjungan kapal pesiar ke Indonesia. Selain itu, akan dibahas koordinasi dengan stakeholder serta pengembangan pelabuhan untuk kebutuhan kapal pesiar.
Dalam seminar tersebut akan hadir operator kapal pesiar dunia, PT Pelindo, pemerintah daerah yang menjadi destinasi kapal pesiar, dan instansi terkait. Narasumber di antaranya adalah konsultan manajemen kapal pesiar, praktisi dan operator kapal pesiar, serta otoritas pelabuhan di Indonesia.
sumber : http://travel.kompas.com/read/2011/05/26/11324934/RI.Belum.Miliki.Pelabuhan.Kapal.Pesiar
"Terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2011 cruise calls 178 kapal. Untuk tahun 2012 mencapai 215," kata Direktur Pemasaran Luar Negeri Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Noviendi Makalam dalam jumpa pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (25/5/2011).
Berbeda dengan paket wisata lainnya, rute tur dengan kapal pesiar sudah dipersiapkan sejak dua tahun lalu. Jadi, jumlah kunjungan kapal pesiar untuk tahun 2011 dan 2012 sudah dapat diketahui sejak dini.
Beberapa kapal pesiar ini bisa memuat penumpang hingga 2.000 orang. Bahkan, mega cruise atau kapal pesiar generasi baru yang berkapasitas lebih banyak pernah mampir ke Indonesia. Salah satunya adalah Rhapsody of The Seas milik Royal Caribbean International berkapasitas 2.453 penumpang pernah berlabuh di Lombok, NTB.
Menurut Direktur Jenderal Pemasaran Kembudpar Sapta Nirwandar, pendapatan dari kedatangan kapal pesiar sangat besar. Rombongan wisatawan biasa berlabuh di beberapa daerah wisata, seperti Bali dan NTB. Mereka lalu meneruskan wisata di darat selama 12-24 jam.
"Perkiraannya mereka menghabiskan 50-100 dollar AS per orang. Belum makan selama di kapal pesiar dan lain-lain. Dalam jangka panjang, dampak ekonomi juga besar," kata Sapta.
Hanya saja, lanjut Sapta, kendala utama adalah Indonesia belum memiliki pelabuhan berstandar internasional untuk kapal pesiar.
"Kami menerima beberapa masukan dari operator cruise. Masalahnya adalah mulai dari yang sangat sederhana, seperti kebersihan tempat wisata, mencari destinasi baru, dan menempatkan kapal. Kalau tidak bisa merapat, kapal pesiar harus lempar jangkar. Penumpang ke darat dengan tender boat. Ini ongkosnya lebih mahal," ungkap Noviendi.
Karena itu, Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kembudpar akan menyelenggarakan seminar internasional bertemakan "Cruise Development of Indonesia: How to Meet The Challenge of The Increasing Tonnage and Capacity of The Cruise Ships". Seminar akan berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Kembudpar, Senin (30/5/2011).
Dalam seminar tersebut akan dibahas bagaimana mencari solusi untuk kendala yang dihadapi dan cara-cara meningkatkan jumlah dan kualitas pelayanan terhadap kunjungan kapal pesiar ke Indonesia. Selain itu, akan dibahas koordinasi dengan stakeholder serta pengembangan pelabuhan untuk kebutuhan kapal pesiar.
Dalam seminar tersebut akan hadir operator kapal pesiar dunia, PT Pelindo, pemerintah daerah yang menjadi destinasi kapal pesiar, dan instansi terkait. Narasumber di antaranya adalah konsultan manajemen kapal pesiar, praktisi dan operator kapal pesiar, serta otoritas pelabuhan di Indonesia.
sumber : http://travel.kompas.com/read/2011/05/26/11324934/RI.Belum.Miliki.Pelabuhan.Kapal.Pesiar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar