“Gali Lubang Tutup Lubang” Untuk Mencukupi Kebutuhan
"Sementara jadi tukang becak ya banyak susahnya, senangnya bisa kumpul-kumpul dengan banyak teman, susahnya kalau waktu (menarik) sepi, BBM mahal, pendapatan turun, apalagi sekarang alat komunikasi HP dan sepeda motor sudah banyak, penghasilan tukang becak berkurang.”
Demikian penuturan Taufiq, salah seorang tukang becak yang biasa mangkal di kawasan Perum Griya Indah Jombang.
Pria yang sudah berprofesi sebagai pengayuh becak sejak tahun 1987 ini mengungkapkan, kemajuan teknologi membawa perubahan drastis dalam tata kehidupan manusia. Akses informasi mudah di dapat dan komunikasi mudah dilakukan. Saat ini kemajuan teknologi dan trend di masyarakat telah menciptakan gaya hidup yang serba canggih.
Berbagai inovasi teknologi yang berkembang pesat pada saat ini, secara perlahan membawa dampak bagi para pengayuh becak. Pendapatan abang becak berangsur-angsur surut lantaran minimnya masyarakat yang mempergunakan jasa para pengayuh becak. Penghasilan dari mengayuh becak tak lagi menjanjikan, karena rata-rata pendapatan mereka setiap harinya hanya berkisar Rp. 3.000,- hingga Rp. 5.000,- saja. "Sepinya bukan hanya disini, dimana-mana tempat kondisinya hampir sama,” ungkap pria berputra 2 ini.
Meski hidup dalam penghasilan yang tidak pasti, para tukang becak tetap memilih bertahan dengan profesinya sekarang. Pasalnya untuk menggeluti bidang pekerjaan lain situasinya tidak memungkinkan.
"Sementara jadi tukang becak ya banyak susahnya, senangnya bisa kumpul-kumpul dengan banyak teman, susahnya kalau waktu (menarik) sepi, BBM mahal, pendapatan turun, apalagi sekarang alat komunikasi HP dan sepeda motor sudah banyak, penghasilan tukang becak berkurang.”
Demikian penuturan Taufiq, salah seorang tukang becak yang biasa mangkal di kawasan Perum Griya Indah Jombang.
Pria yang sudah berprofesi sebagai pengayuh becak sejak tahun 1987 ini mengungkapkan, kemajuan teknologi membawa perubahan drastis dalam tata kehidupan manusia. Akses informasi mudah di dapat dan komunikasi mudah dilakukan. Saat ini kemajuan teknologi dan trend di masyarakat telah menciptakan gaya hidup yang serba canggih.
Berbagai inovasi teknologi yang berkembang pesat pada saat ini, secara perlahan membawa dampak bagi para pengayuh becak. Pendapatan abang becak berangsur-angsur surut lantaran minimnya masyarakat yang mempergunakan jasa para pengayuh becak. Penghasilan dari mengayuh becak tak lagi menjanjikan, karena rata-rata pendapatan mereka setiap harinya hanya berkisar Rp. 3.000,- hingga Rp. 5.000,- saja. "Sepinya bukan hanya disini, dimana-mana tempat kondisinya hampir sama,” ungkap pria berputra 2 ini.
Meski hidup dalam penghasilan yang tidak pasti, para tukang becak tetap memilih bertahan dengan profesinya sekarang. Pasalnya untuk menggeluti bidang pekerjaan lain situasinya tidak memungkinkan.
Menurut Taufiq, para tukang becak sedang dalam kondisi yang serba sulit. Lapangan kerja sulit didapat sementara kebutuhan hidup keluarga setiap harinya harus tetap terjaga. Namun, susahnya hidup sebagai pengayuh becak tidak lantas menjadi penyesalan yang berkepanjangan.
Menyiasati minimnya penghasilan dari jasa mengayuh becak, ketua Paguyuban Becak Jombang (PABEJO) ini rela melakukan pekerjaan serabutan di luar profesinya agar mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Taufiq mengaku, dirinya seringkali dimintai bantuan tetangga untuk memperbaiki selokan, mengecat rumah dan memperbaiki kerusakan rumah tetangga untuk menambah penghasilan. Selain itu, Taufiq juga memberikan jasa antar jemput beberapa anak sekolah. Dari jasa antar jemput 5 anak sekolah tersebut, ia mendapatkan penghasilan sebanyak Rp. 200 ribu,- setiap bulannya. “Kadang ya disuruh membenahi selokan, ngecat, ya pokoknya pekerjaan apa saja yang penting bisa menambah penghasilan,” tutur Taufiq.
Sebagai tukang becak, penghasilan Taufiq kerap tidak menentu. Tidak jarang, dirinya melakukan tambal sulam agar ekonomi keluarganya dapat tercukupi. Khusus untuk pendidikan dua orang anaknya, Taufik mengaku bersyukur karena masih bisa menyekolahkan anak-anaknya. “Biasanya sih gali lubang tutup lubang, cari pinjaman dulu, kadang-kadang ya kita pinjam ke koperasinya PABEJO,” ungkap dia.
Bagi Taufiq, perkembangan zaman dan pesatnya perkembangan teknologi tidak bisa dielakkan. Merosotnya penghasilan tukang becak karena kemajuan teknologi bukan menjadi alasan utama untuk meninggalkan profesi yang sudah di gelutinya selama puluhan tahun ini. Ia akan tetap mempertahankan becaknya selama belum ada pekerjaan lain yang ia dapatkan. Baginya, becak adalah sumber ekonomi keluarga dan kelanjutan pendidikan 2 anaknya.
TUKANG BECAK DITEMUKAN TEWAS KELAPARAN
BANYUMAS - Sudarman (60), warga Kelurahan Purwokerto Wetan, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah ditemukan sudah dalam kondisi tidak bernyawa di atas becak kesayangannya.
Pria ini diduga tewas akibat kelaparan. Pasalnya, Sudarman dikenal warga setempat sebagai seorang yang sangat kekurangan dan tidak punya tempat tinggal. Bahkan, untuk hidup sehari-hari dia bertempat tinggal di becak kesayangannya ini.
Sudarman ditemukan tewas Senin (24/1/2011) sekira pukul 07.00 WIB di kompleks parkir Pasar Wage Purwokerto. Saat itu, seorang warga yang baru saja berbelanja melihat seorang tukang becak dalam posisi mirip orang tidur. Namun karena curiga dengan kondisi becaknya yang menghalangi jalan toko, warga berusaha membangunkan Sudarman yang ternyata telah tak bernyawa.
“Saya tahunya dia lagi tidur lelap, setelah becak disingkirkan karena ada mobil yang mau lewat, eh nggak tahunya sudah meninggal,” ujar Liana, salah seorang saksi kejadian.
Aparat Polres Banyumas yang datang ke lokasi kejadian langsung memeriksa korban. Hasil pemeriksaan aparat dan tim dari Puskesmas Purwokerto tidak ditemukan bekas penganiayaan. Sementara dari becak yang dimiliki Sudarman, polisi menemukan barang bukti jaket, dan minuman jahe susu dalam plastik. Sedangkan di tas kecil milik korban hanya ditemukan kartu pengantar dari desa dan uang koin Rp100.
Di Bawah Ancaman Trantib
Bentrokan antara tukang becak dengan petugas satuan polisi pamong praja Dinas Trantib Kota Tangerang kembali terjadi di Kawasan Pasar Anyar, Tangerang Selasa (24/8). Sehari sebelumnya, aksi protes tukang becak juga diwarnai kericuhan di depan kantor wali kota Gedung Pusat pemerintahan, jalan Satria Sudirman.
Kemarin, becak kembali ditertibkan memasuki tahap kedua. Setelah menggusur becak di jalan Daan Mogot, kini giliran kawasan Pasar Anyar. Puluhan tukang becak sebelum didatangi petugas satpol PP telah menyiapkan batu dan berbagai alat seperti balok kayu juga benda tumpul lainnya. Tukang becak marah dan melempari petugas.
Untungnya, kemarahan tukang becak itu tidak memancing petugas. Bahkan tampak sejumlah petugas berusaha menenangkan tukang becak secara persuasif. Walaupun tukang becak tetap bersikeras menolak digusur dari tempat mangkal mereka.
Selama berjam-jam petugas memohon agar para tukang becak meninggalkan jalan Ki Asnawi (kawasan Pasar Anyar). Karena tetap tak mau hengkang, petugas kemudian mengempiskan ban milik dua tukang becak, meskipun tidak ditahan.
Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Ketentraman dan Ketertiban Kota Tangerang, Sabar P Situmorang mengatakan penertiban becak terus dilakukan. "Meski mendapat perlawanan kita akan terus melakukan opearsi sesuai Perda No. 5 dan SK wali kota No. 6 tahun 2004 tentang daerah bebas becak," kata Sabar kemarin.
Seperti diberitakan Koran Tempo, ribuan tukang becak melakukan aksi unjukrasa dan mendesak Wahidin Halim segera mencabut kebijakan yang membatasi wilayah operasi becak. Mereka menilai, tindakan membatasi wilayah operasi becak sangat tidak adil.
Wali Kota Tangerang sebelumnya, menjelaskan bahwa penertiban becak dilakukan bukan untuk menghilangkan becak dari Tangerang. Namun, hanya menertibkan dengan tidak beroperasi di beberapa titik jalan protokol. Hal itu dilakukan untuk menjaga keselamatan para tukang becak. Karena selama ini, banyak tukang becak yang melawan arus dianggap berbahaya.
AKSI KOCAK MEREKA
Angkutan Barang
Antar Jemput Anak Sekolah
Sampai Lelahnya ... Si Pemilik Tukang Becak Tidak Merasa Jika Tidur Di Becak Seperti Ini
Dari sekian banyak sisi menyedihkan kehidupan mereka, masih terjajar aksi-aksi kocak mereka yang kalau dilihat memang sungguh menggelikan. Itulah lika-liku yang harus mereka jalani, sekian lama dan sekian waktu.
http://iheboh.blogspot.com/2011/05/balada-lika-liku-hidup-sebagai-tukang.html
Ya Allah, pedih rasanya bila membaca kisah di atas. setelah membaca artile di atas, saya baru menyadari bahwa kita harus banyak bersyukur karena masih banyak orang yang kehidupannya di bawah kita.terima kasih atas artikelnya yang sangat menggugah ini dan kalau ada waktu silakan mampir ke blog saya.
BalasHapus