Ada anggapan bahwa pelaku penjarahan di London, Inggris adalah orang-orang miskin yang melampiaskan kemarahan dan keputusasaan mereka. Namun muncul fakta menarik seiring mulai diadilinya para tersangka penjarahan di Croydon, London Selatan.
Beberapa dari mereka adalah asisten sekolah bergaji tinggi, mahasiswa, putri pengusaha kaya dan bahkan seorang anak laki-laki berumur 11 tahun.
Di pengadilan Highbury Corner, seperti diberitakan harian Inggris, Telegraph, Kamis (11/8/2011), untuk pertama kalinya publik bisa melihat wajah-wajah pelaku kerusuhan. Di antara para tersangka adalah Laura Johnson, gadis berumur 19 tahun yang merupakan putri seorang direktur perusahaan yang sukses. Dia tinggal di rumah besar di Orpington, Kent, dengan halaman yang sangat luas dan dilengkapi lapangan tennis.
Mahasiswi itu dituduh menjarah barang-barang elektronik senilai 5 ribu pounds dari toko Charlton Curry di Croydon. Tetangganya kaget dengan hal tersebut. "Saya benar-benar tak menyangka seseorang dari sekitar sini akan dituduh melakukan hal seperti ini," ujarnya.
Tersangka lainnya adalah seorang anak berusia 11 tahun yang pastinya tidak akan termotivasi oleh keputusasaan atau mendesaknya kebutuhan hidup. Di pengadilan, bocah laki-laki itu mengakui penjarahan di Debenhams di Romford, Essex.
Dia telah ditahan sejak Senin, 8 Agustus lalu setelah ditangkap bersama sekitar 20 anak-anak lainnya. Ibunya yang hadir di persidangan tampak kesal dan menolak berbicara pada pers.
Ada pula Alexis Bailey, seorang asisten Sekolah Dasar (SD) yang mengaku ikut serta dalam upaya penjarahan toko elektronik di Croydon. Tidak jelas mengapa pria berumur 31 tahun yang bergaji 1.000 pounds (sekitar Rp 13,9 juta) per bulan itu ikut serta dalam penjarahan.
Sejauh ini, kepolisian London telah menangkap 805 orang terkait kerusuhan terparah dalam beberapa dekade itu. Dari jumlah itu, 251 orang telah dikenai dakwaan.
(ita/nrl)
Beberapa dari mereka adalah asisten sekolah bergaji tinggi, mahasiswa, putri pengusaha kaya dan bahkan seorang anak laki-laki berumur 11 tahun.
Di pengadilan Highbury Corner, seperti diberitakan harian Inggris, Telegraph, Kamis (11/8/2011), untuk pertama kalinya publik bisa melihat wajah-wajah pelaku kerusuhan. Di antara para tersangka adalah Laura Johnson, gadis berumur 19 tahun yang merupakan putri seorang direktur perusahaan yang sukses. Dia tinggal di rumah besar di Orpington, Kent, dengan halaman yang sangat luas dan dilengkapi lapangan tennis.
Mahasiswi itu dituduh menjarah barang-barang elektronik senilai 5 ribu pounds dari toko Charlton Curry di Croydon. Tetangganya kaget dengan hal tersebut. "Saya benar-benar tak menyangka seseorang dari sekitar sini akan dituduh melakukan hal seperti ini," ujarnya.
Tersangka lainnya adalah seorang anak berusia 11 tahun yang pastinya tidak akan termotivasi oleh keputusasaan atau mendesaknya kebutuhan hidup. Di pengadilan, bocah laki-laki itu mengakui penjarahan di Debenhams di Romford, Essex.
Dia telah ditahan sejak Senin, 8 Agustus lalu setelah ditangkap bersama sekitar 20 anak-anak lainnya. Ibunya yang hadir di persidangan tampak kesal dan menolak berbicara pada pers.
Ada pula Alexis Bailey, seorang asisten Sekolah Dasar (SD) yang mengaku ikut serta dalam upaya penjarahan toko elektronik di Croydon. Tidak jelas mengapa pria berumur 31 tahun yang bergaji 1.000 pounds (sekitar Rp 13,9 juta) per bulan itu ikut serta dalam penjarahan.
Sejauh ini, kepolisian London telah menangkap 805 orang terkait kerusuhan terparah dalam beberapa dekade itu. Dari jumlah itu, 251 orang telah dikenai dakwaan.
(ita/nrl)
sumber :http://www.detiknews.com/read/2011/08/11/105208/1701324/1148/astaga-putri-direktur-bocah-11-tahun-ikut-dalam-penjarahan-di-london?991101mainnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar