Ada satu golongan makhluk yang tidak disukai saat bersepeda motor. Mereka adalah kelompok orang yang sebenarnya belum layak mendapat license di jalan raya. Kenapa? Perilakunya mengemudikan roda dua cukup mengganggu, bahkan membahayakan pengendara lain. Mulai dari penampilan motornya, cara mengemudi, kepatuhan terhadap peraturan, sering tidak menunjukkan ciri seorang pengendara yang bertata krama dan menghargai sesama pengendara lainnya.
Banyak orang menyebut mereka ini sebagai alay nya jalan raya.
Hmm.. disini tidak berniat membahas definisi ‘alay’ secara umum di sini. Silahkan cari sendiri di google, apa yang dimaksud dengan ‘alay’ .Dan orang yang hobi menulis dengan hUruF b3s4R k3c!L n0124k, berfoto dengan bibir monyong, belum tentu tergolong alay di jalan raya
Mari kita mengidentifikasi mereka. Menurut hasil pengamatan di jalan raya, mereka selalu menunjukkan salah satu/beberapa ciri berikut ini (boleh tidak berurutan):
* Mayoritas mereka adalah anak muda tanggung (ini nggak wajib. orang tua juga banyak yang alay)
* Motor dihias norak, misalnya: kaki-kaki ceper, lampu rem diganti jadi warna putih atau biru (berbahaya!)
* Knalpot berisik, boleh merusak gendang telinga siapa saja.
* Tidak ada spion. Kalaupun ada, spionnya dilipat ke dalam alias tidak digunakan.
* Jarang pakai helm.
* Suka bonceng bertiga hingga berempat. Ironisnya, semuanya nggak pakai helm.
* Sering nyelip-nyelip, meliuk-liuk di antara celah kendaraan, walaupun kendaraan tsb sedang bergerak dalam kecepatan tinggi.
* Tidak jarang mereka masuk ke jalur berlawanan supaya bisa mendahului.
* Setelah mendahului sebuah kendaraan dgn cara selip-selip, mereka menoleh ke belakang seolah mengejek/menantang pengendara yang disalipnya tsb.
* Suka teriak-teriak kesetanan. Apalagi kalau boncengan bertiga.
* Konvoy rame-rame sampai-sampai pengendara lain harus minggir (padahal bukan pengawal Presiden atau pengiring keranda mayat)
* Tidak menyalakan lampu sein kalau belok.
* Kalau belok tidak menurunkan kecepatan. Motornya malah dimiringkan lebih dari 45 derajat seperti MotoGP.
* Tidak sabaran kalau antre. Suka mengklakson dengan bunyi kodok merintih.
* Suka keluar tiba-tiba dari gang kecil, tanpa melihat ada kendaraan yang datang dari jalan besar.
* Berhenti sesukanya, bahkan sering tiba-tiba balik arah tanpa mengindahkan ada kendaraan di belakangnya.
* Sering adu balapan kalau ketemu saingannya di jalan raya.
* Satu tangan memegang stang, tangan yang lainnya dipakai merokok sambil kecepatan tinggi.
* Suka menggas-gas di lampu merah. Sering berhenti di depan garis putih, biar jadi nomor satu.
* Naik-naik ke trotoar atau separator busway (tidak konsisten di satu jalur).
* Kalau berkelompok mereka suka memarkir motornya hingga tengah jalan raya, lalu duduk di atasnya sambil kongko-kongko. Seolah-olah jalan nenek moyangnya.
* Apalagi ya, bisa kalian tambahkan…?
Uniknya, ada anggapan kalau para alay kebanyakan pengguna motor skutik/bebek… Hmm… terus terang tidak setuju dengan yang satu ini. Alay adalah masalah perilaku dan tata krama, bukan masalah jenis kendaraannya.
Pernahkah kalian dengan berita tentang gerombolan motor gede (moge) yang berlaku seenaknya di jalan dan mengintimidasi pengendara lain? Itu termasuk perilaku alay juga.
Sebagai sesama pengendara di jalan raya, terlepas dari jenis kendaraannya, kita harus saling menghargai dan mematuhi aturan-aturan yang ada. Semua ingin sampai di tujuan dengan selamat. Hal-hal kecil, seperti mengganti lampu rem dari merah menjadi biru apalagi kuning adalah contoh perbuatan yang tidak menghargai hak orang lain untuk menjaga keselamatan dirinya. Dan bisa fatal akibatnya.betul nggak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar