Ikan Asin
Siapa sih yang gak kenal ikan asin?lkan asin gak hanya digemari oleh masyarakat ekonomi kelas bawah, tetapi juga oleh golongan masyarakat kelas atas. lkan asin gak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di negara Asia Tenggara lainnya dan negara-negara maju yang penduduknya mengkonsumsi nasi.
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.
lkan asin memiliki cita rasa, aroma, dan tekstur yang sangat khas, apalagi setelah digoreng. Sulit mencari bahan pangan yang setara dengan ikan asin. Di seluruh Indonesia, ikan asin begitu populer sebagai lauk pauk yang lezat dan ternyata tidak hanya disantap sebagai pelengkap sayur asem atau nasi timbel, ikan asin dapat diolah menjadi aneka hidangan.
Ikan Cod asin pertama kali diproduksi di Kanada, Islandia, dan Norwegia, dan telah berlangsung selama lebih dari 500 tahun. Membentuk bahan tradisional masakan dari banyak negara di Atlantik. Tradisional di luar ruangan itu kering oleh angin dan matahari, tapi hari ini biasanya kering di dalam ruangan dengan bantuan pemanas listrik.
Produksi Cod Asin setidaknya telah ada sejak 500 tahun yang lalu, dengan waktu penemuan Eropa Grand Banks off Newfoundland. Salah satu barang penting dalam perdagangan internasional antara Dunia Baru dan Lama. Yang menyebar di sekitar Atlantik dan menjadi bahan tradisional tidak hanya dalam masakan Eropa Utara, tetapi juga di Laut Tengah, Afrika Barat, Karibia, dan masakan Brasil.
Pengeringan makanan tertua di dunia yang dikenal adalah metode pengawetan, dan ikan kering lebih tahan lama disimpan beberapa tahun. Pengeringan memelihara banyak nutrisi dan. Metode yang murah, pekerjaan yang dapat dilakukan oleh nelayan atau keluarganya, dan produk yang dihasilkan dengan mudah diangkut ke pasar. Pengasinan menjadi layak secara ekonomi selama abad ke-17.
Ikan Cod asin dikenal dengan banyak nama berbeda, karena menjadi bagian dari masakan dari banyak negara Eropa. Sebagai contoh, dikenal sebagai bacalao (Spanyol), bakaiļao (Basque), bacallà (Catalan), morue (Perancis), baccalà (Italia), bacalhau (Portugis), klippfisk / clipfish (Skandinavia), saltfiskur (Icelandic), bakalar (Kroasia), dan buljol (Karibia).
Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, baik ikan darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutan garam pekat. Ikan-ikan yang besar biasanya dibelah atau dipotong-potong lebih dulu agar garam mudah meresap ke dalam daging.
Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Proses ini berlangsung hingga tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging.
Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan menghentikan proses autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan.
Setelah itu, ikan-ikan ini dijemur, direbus atau difermentasi untuk meningkatkan keawetannya.
Kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya:
•Konsentrasi garam
Semakin tinggi konsentrasi garam yang digunakan, semakin cepat proses masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan lebih baik apabila digunakan garam kristal untuk mengasinkan.
•Jenis garam
Garam dapur murni (NaCl 95%) lebih mudah diserap dan menghasilkan ikan asin dengan kualitas yang lebih baik. Garam rakyat mengandung unsur-unsur lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain-lain yang dapat menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.
•Ketebalan daging ikan
Semakin tebal daging ikan, proses pengasinan akan membutuhkan waktu yang semakin lama dan garam yang lebih banyak. Sehingga ikan-ikan besar biasanya dibelah-belah, dikeping atau diiris tipis sebelum diasinkan.
•Kadar lemak dalam daging
Kadar lemak yang tinggi (di atas 2%) akan memperlambat penetrasi garam ke dalam daging ikan.
•Kesegaran daging ikan
Ikan yang kurang segar memiliki daging yang lebih lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga proses pengasinan bisa lebih cepat. Namun juga garam yang masuk dapat terlalu banyak sehingga ikan menjadi terlalu asin dan kaku.
•Suhu daging ikan
Semakin tinggi suhu daging ikan, semakin cepat garam masuk ke dalam tubuh ikan.
Pengolahan ikan asin secara tradisional hampir selalu membutuhkan bantuan sinar matahari untuk mempercepat pengeringan, dan mencegah agar ikan tidak menjadi busuk.
Masalahnya matahari tidak selalu bersinar dengan cukup setiap harinya, terutama di musim hujan di mana awan mendung seringkali menutupi langit. Akibatnya, banyak ikan yang tidak terawetkan dengan baik, menurun kualitasnya, dan bahkan menjadi busuk.
Untuk mengurangi kerugian, sementara pengolah mengambil jalan pintas menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida dan formalin. Bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan ini digunakan sebagai pengawet tambahan untuk mencegah pembusukan. Formalin juga mencegah pengurangan bobot ikan yang berlebihan akibat menguapnya cairan tubuh ikan yang diasinkan.
Alternatif bahan pengawet tambahan yang aman adalah khitosan. Akan tetapi bahan yang diekstrak dari cangkang udang dan kepiting ini belum populer dan belum diproduksi secara massal di Indonesia.
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8729642
Siapa sih yang gak kenal ikan asin?lkan asin gak hanya digemari oleh masyarakat ekonomi kelas bawah, tetapi juga oleh golongan masyarakat kelas atas. lkan asin gak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di negara Asia Tenggara lainnya dan negara-negara maju yang penduduknya mengkonsumsi nasi.
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.
lkan asin memiliki cita rasa, aroma, dan tekstur yang sangat khas, apalagi setelah digoreng. Sulit mencari bahan pangan yang setara dengan ikan asin. Di seluruh Indonesia, ikan asin begitu populer sebagai lauk pauk yang lezat dan ternyata tidak hanya disantap sebagai pelengkap sayur asem atau nasi timbel, ikan asin dapat diolah menjadi aneka hidangan.
Ikan Cod asin pertama kali diproduksi di Kanada, Islandia, dan Norwegia, dan telah berlangsung selama lebih dari 500 tahun. Membentuk bahan tradisional masakan dari banyak negara di Atlantik. Tradisional di luar ruangan itu kering oleh angin dan matahari, tapi hari ini biasanya kering di dalam ruangan dengan bantuan pemanas listrik.
Sejarah Ikan Asin
Produksi Cod Asin setidaknya telah ada sejak 500 tahun yang lalu, dengan waktu penemuan Eropa Grand Banks off Newfoundland. Salah satu barang penting dalam perdagangan internasional antara Dunia Baru dan Lama. Yang menyebar di sekitar Atlantik dan menjadi bahan tradisional tidak hanya dalam masakan Eropa Utara, tetapi juga di Laut Tengah, Afrika Barat, Karibia, dan masakan Brasil.
Pengeringan makanan tertua di dunia yang dikenal adalah metode pengawetan, dan ikan kering lebih tahan lama disimpan beberapa tahun. Pengeringan memelihara banyak nutrisi dan. Metode yang murah, pekerjaan yang dapat dilakukan oleh nelayan atau keluarganya, dan produk yang dihasilkan dengan mudah diangkut ke pasar. Pengasinan menjadi layak secara ekonomi selama abad ke-17.
Ikan Cod asin dikenal dengan banyak nama berbeda, karena menjadi bagian dari masakan dari banyak negara Eropa. Sebagai contoh, dikenal sebagai bacalao (Spanyol), bakaiļao (Basque), bacallà (Catalan), morue (Perancis), baccalà (Italia), bacalhau (Portugis), klippfisk / clipfish (Skandinavia), saltfiskur (Icelandic), bakalar (Kroasia), dan buljol (Karibia).
Spoiler for bacalao:
Spoiler for bacallà:
Spoiler for morue:
Spoiler for bacalhau:
Spoiler for klippfisk:
Spoiler for saltfiskur:
Proses Pembuatan Ikan asin
Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, baik ikan darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutan garam pekat. Ikan-ikan yang besar biasanya dibelah atau dipotong-potong lebih dulu agar garam mudah meresap ke dalam daging.
Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Proses ini berlangsung hingga tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging.
Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan menghentikan proses autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan.
Setelah itu, ikan-ikan ini dijemur, direbus atau difermentasi untuk meningkatkan keawetannya.
Faktor-faktor yang berpengaruh Pada Tingkat Keasinan
Kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya:
•Konsentrasi garam
Semakin tinggi konsentrasi garam yang digunakan, semakin cepat proses masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan lebih baik apabila digunakan garam kristal untuk mengasinkan.
•Jenis garam
Garam dapur murni (NaCl 95%) lebih mudah diserap dan menghasilkan ikan asin dengan kualitas yang lebih baik. Garam rakyat mengandung unsur-unsur lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain-lain yang dapat menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.
•Ketebalan daging ikan
Semakin tebal daging ikan, proses pengasinan akan membutuhkan waktu yang semakin lama dan garam yang lebih banyak. Sehingga ikan-ikan besar biasanya dibelah-belah, dikeping atau diiris tipis sebelum diasinkan.
•Kadar lemak dalam daging
Kadar lemak yang tinggi (di atas 2%) akan memperlambat penetrasi garam ke dalam daging ikan.
•Kesegaran daging ikan
Ikan yang kurang segar memiliki daging yang lebih lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga proses pengasinan bisa lebih cepat. Namun juga garam yang masuk dapat terlalu banyak sehingga ikan menjadi terlalu asin dan kaku.
•Suhu daging ikan
Semakin tinggi suhu daging ikan, semakin cepat garam masuk ke dalam tubuh ikan.
Ikan asin dan bahan pengawet berbahaya
Pengolahan ikan asin secara tradisional hampir selalu membutuhkan bantuan sinar matahari untuk mempercepat pengeringan, dan mencegah agar ikan tidak menjadi busuk.
Masalahnya matahari tidak selalu bersinar dengan cukup setiap harinya, terutama di musim hujan di mana awan mendung seringkali menutupi langit. Akibatnya, banyak ikan yang tidak terawetkan dengan baik, menurun kualitasnya, dan bahkan menjadi busuk.
Untuk mengurangi kerugian, sementara pengolah mengambil jalan pintas menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida dan formalin. Bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan ini digunakan sebagai pengawet tambahan untuk mencegah pembusukan. Formalin juga mencegah pengurangan bobot ikan yang berlebihan akibat menguapnya cairan tubuh ikan yang diasinkan.
Alternatif bahan pengawet tambahan yang aman adalah khitosan. Akan tetapi bahan yang diekstrak dari cangkang udang dan kepiting ini belum populer dan belum diproduksi secara massal di Indonesia.
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8729642
Tidak ada komentar:
Posting Komentar