Duyung, ikan duyung atau dugong (Dugong dugon) merupakan sejenis hewan laut yang merupakan salah satu daripada empat spesies Sirenia atau lembu laut yang masih bertahan hidup selain manatee, ikan duyung bukanlah termasuk ke dalam bangsa ikan. Ia merupakan satu-satunya hewan yang mewakili keluarga Dugongidae. Ia juga merupakan satu-satunya sirenia yang bisa ditemukan di kawasan perairan sekurang-kurangnya di 37 negara di wilayah Indo-Pasifik, walaupun kebanyakan duyung tinggal di perairan utara Australia. Duyung atau dugong adalah satu-satunya mamalia laut herbivora atau maun (pemakan dedaunan), dan semua spesies sapi laut hidup pada perairan segar dengan suhu air tertentu.
Duyung sangat bergantung kepada rumput laut sebagai sumber makanan, maka penyebaran hewan ini terbatas pada habitat pantai di mana ia dilahirkan, dengan habitat utama duyung membutuhkan kawasan yang luas, perairan dangkal serta tenang, seperti di kawasan teluk dan hutan bakau. Moncong hewan ini menghadap ke bawah agar dapat menjamah rumput laut yang tumbuh di dasar perairan.
Duyung menjadi hewan buruan selama beribu-ribu tahun karena daging dan minyaknya. Kawasan penyebaran dugong semakin berkurangan, dan populasinya semakin menghampiri kepunahan. IUCN mengklasifikasikan dugong sebagai spesies hewan yang terancam, manakala CITES melarang atau mengharamkan perdagangan barang-barang produksi yang dihasilkan dari hewan ini. Walau pun spesies ini dilindungi di beberapa negara, penyebab utama penurunan populasinya di antaranya ialah karena pembukaan lahan baru, perburuan, kehilangan habitat serta kematian yang secara tidak langsung disebabkan oleh aktivitas nelayan dalam menangkap ikan. Duyung bisa mencapai usia hingga 70 tahun atau lebih, serta dengan angka kelahiran yang rendah yang mengancam menurunnya populasi duyung. Duyung juga terancam punah akibat badai, parasit, serta hewan pemangsa seperti ikan hiu, paus pembunuh dan buaya.
BULUKUMBA, KOMPAS.com — Warga pesisir di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, digemparkan dengan seekor ikan duyung yang tiba-tiba muncul, Selasa (19/4/2011). Para nelayan pun kemudian berniat memotong ikan tersebut untuk mengambil dagingnya.
Namun, entah mengapa ikan duyung yang tubuhnya sudah terluka akibat sabetan parang itu terus berenang hingga mendekati Jumaning yang sedang asyik mencuci bentang (tali) rumput laut di tepi laut.
Jumaning melihat ikan duyung itu seakan meminta pertolongan kepadanya. Si ikan terlihat menyelamatkan diri dari kejaran para nelayan. Maka dari itu, Jumaning pun menyelamatkan dan membawanya ke rumah di Desa Garanta, Kecamatan Ujung Loe, Sulawesi Selatan, sekitar 3 km dari tepi pantai.
Ikan itu dibawa Jumaning menggunakan jasa ojek. Saat Kompas.com bertandang ke rumahnya, ratusan warga terlihat berkerumun melihat ikan duyung itu.
Selama di rumahnya, Jumaning bersama istrinya, Sugi (50), memberikan nasi, lauk ikan, bahkan telur ke ikan itu untuk memulihkan fisiknya. Kondisi ikan duyung berbobot 65 kg dan panjang 1,5 meter tersebut memang tampak lemas.
"Waktu saya temukan, ikannya sudah lemas. Bahkan tubuhnya luka-luka akibat sabetan parang nelayan yang akan merebut dagingnya," ujar Jumaning.
Lantaran terlalu banyak warga yang penasaran ingin melihat ikan duyung tersebut, Jumaning lantas memberlakukan tarif Rp 1.000 untuk sekali masuk. Uang hasil kunjungan warga tersebut digunakan untuk membeli makanan ikan yang doyan dengan telur itu.
Jumaning hanya berprofesi sebagai pencuci bentang dan penghasilannya tidak tetap. Ia percaya bahwa kehadiran ikan duyung ini merupakan pembawa rezeki bagi keluarganya.
Duyung sangat bergantung kepada rumput laut sebagai sumber makanan, maka penyebaran hewan ini terbatas pada habitat pantai di mana ia dilahirkan, dengan habitat utama duyung membutuhkan kawasan yang luas, perairan dangkal serta tenang, seperti di kawasan teluk dan hutan bakau. Moncong hewan ini menghadap ke bawah agar dapat menjamah rumput laut yang tumbuh di dasar perairan.
Duyung menjadi hewan buruan selama beribu-ribu tahun karena daging dan minyaknya. Kawasan penyebaran dugong semakin berkurangan, dan populasinya semakin menghampiri kepunahan. IUCN mengklasifikasikan dugong sebagai spesies hewan yang terancam, manakala CITES melarang atau mengharamkan perdagangan barang-barang produksi yang dihasilkan dari hewan ini. Walau pun spesies ini dilindungi di beberapa negara, penyebab utama penurunan populasinya di antaranya ialah karena pembukaan lahan baru, perburuan, kehilangan habitat serta kematian yang secara tidak langsung disebabkan oleh aktivitas nelayan dalam menangkap ikan. Duyung bisa mencapai usia hingga 70 tahun atau lebih, serta dengan angka kelahiran yang rendah yang mengancam menurunnya populasi duyung. Duyung juga terancam punah akibat badai, parasit, serta hewan pemangsa seperti ikan hiu, paus pembunuh dan buaya.
BULUKUMBA, KOMPAS.com — Warga pesisir di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, digemparkan dengan seekor ikan duyung yang tiba-tiba muncul, Selasa (19/4/2011). Para nelayan pun kemudian berniat memotong ikan tersebut untuk mengambil dagingnya.
Namun, entah mengapa ikan duyung yang tubuhnya sudah terluka akibat sabetan parang itu terus berenang hingga mendekati Jumaning yang sedang asyik mencuci bentang (tali) rumput laut di tepi laut.
Jumaning melihat ikan duyung itu seakan meminta pertolongan kepadanya. Si ikan terlihat menyelamatkan diri dari kejaran para nelayan. Maka dari itu, Jumaning pun menyelamatkan dan membawanya ke rumah di Desa Garanta, Kecamatan Ujung Loe, Sulawesi Selatan, sekitar 3 km dari tepi pantai.
Ikan itu dibawa Jumaning menggunakan jasa ojek. Saat Kompas.com bertandang ke rumahnya, ratusan warga terlihat berkerumun melihat ikan duyung itu.
Selama di rumahnya, Jumaning bersama istrinya, Sugi (50), memberikan nasi, lauk ikan, bahkan telur ke ikan itu untuk memulihkan fisiknya. Kondisi ikan duyung berbobot 65 kg dan panjang 1,5 meter tersebut memang tampak lemas.
"Waktu saya temukan, ikannya sudah lemas. Bahkan tubuhnya luka-luka akibat sabetan parang nelayan yang akan merebut dagingnya," ujar Jumaning.
Lantaran terlalu banyak warga yang penasaran ingin melihat ikan duyung tersebut, Jumaning lantas memberlakukan tarif Rp 1.000 untuk sekali masuk. Uang hasil kunjungan warga tersebut digunakan untuk membeli makanan ikan yang doyan dengan telur itu.
Jumaning hanya berprofesi sebagai pencuci bentang dan penghasilannya tidak tetap. Ia percaya bahwa kehadiran ikan duyung ini merupakan pembawa rezeki bagi keluarganya.
Spoiler for foto si nelayan baik hati:
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8072937
Tidak ada komentar:
Posting Komentar