Biasanya stres lebih sering dialami oleh orang-orang yang sibuk dan tidak pernah punya waktu untuk berlibur. Namun pada remaja, terlalu banyak waktu luang juga bisa memberikan efek yang sama bagi kesehatan jiwa yakni menyebabkan stres.
Bagi kebanyakan orang, waktu luang adalah saat terbaik untuk 'me-time' alias bersantai dan memanjakan diri sendiri. Saat-saat seperti ini sangat penting untuk melepas penat, agar tidak stres memikirkan pekerjaan atau urusan keluarga dan pertemanan bagi yang masih sekolah.
Jika sama sekali tidak pernah meluangkan waktu untuk 'me-time' maka orang-orang yang terlalu sibuk akan mudah mengalami stres. Ketika kondisi mental dalam keadaan stres, kondisi fisik umumnya melemah sehingga tubuh sulit menangkal infeksi dan mudah tertular penyakit.
Namun sebaliknya, terlalu banyak waktu luang ternyata efeknya tidak lebih bagus dibandingkan terlalu sibuk. Menurut penelitian para ahli dari University of Cincinnati di Ohio dan Baylor University di Texas, terlalu banyak waktu luang juga bisa memicu stres.
"Mana yang lebih menyedihkan, terlalu sedikit atau terlalu banyak waktu luang? Untuk bisa bahagia, paling bagus ambil tengah-tengahnya. Anak muda hanya butuh waktu luang dalam jumlah yang tepat," ungkap para peneliti seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (21/10/2011).
Bagi para remaja yang hidup di lingkungan materialistik (yang mengukur segalanya berdasarkan uang atau materi), maka waktu akan sangat berharga. Hidupnya akan selalu berpacu dengan waktu, sebab waktu yang terbuang tanpa melakukan apapun akan menjadi beban mental tersendiri.
Hasil penelitian ini memang tidak menyebutkan secara pasti jumlah ideal untuk waktu luang yang harus dimiliki para remaja. Meski begitu, waktu luang dikatakan cukup dan tidak berlebihan asal sudah bisa mengurangi efek samping dari kelelahan baik fisik maupun pikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar