MAKACHAHKALA - Sejumlah penyerang bersenjata menembak mati seorang kepala sekolah di rumahnya di Provinsi Dagestan, Rusia, Jumat (24/9/2010).
Sementara, bentrokan lain menewaskan delapan orang di wilayah Kaukasus Utara. Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, basis gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum syariah.
Polisi di Makhachkala, ibukota Dagstan, mengatakan, mereka masih memburu dua orang yang membunuh kepala sekolah, Patimat Magomedova, dengan senapan setelah wanita itu memasuki rumahnya.
Sementara itu, polisi mengatakan, lima gerilyawan termasuk seorang wanita tewas dalam tembak-menembak dengan pasukan federal di Desa Kirovaul, sekitar 150 kilometer sebelah utara Makhachkala.
Di wilayah tetangga Chechnya, tiga prajurit tewas dalam bentrokan dengan gerilyawan, kata kantor berita Interfax mengutip satu sumber penegak hukum.
Dalam beberapa bulan ini, serangan terhadap guru dan imam semakin sering terjadi di Dagestan. Mereka jadi sasaran karena menurut para analis, gerilyawan menganggapnya tidak mematuhi ajaran Islam yang benar.
Polisi Dagestan menyatakan, granat, senapan otomatis dan amunisi ditemukan di lokasi kejadian. Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Pada 12 September, sejumlah orang bersenjata menembak mati seorang aparat keamanan senior di Republik Dagestan, sementara polisi membunuh sedikitnya tujuh gerilyawan.
Gapal Gadzhiyev, kepala pemberantasan ekstrimisme kepolisian Distrik Federal Kaukasus Utara, tewas ditembak di mobilnya ketika menuju tempat kerjanya di Makhachkala.
ITAR-TASS mengutip satu sumber kepolisian mengatakan, tujuh militan yang bersembunyi di dalam sebuah rumah di Makhachkala tewas selama operasi keamanan.
Pada 29 April, serangan bom mobil bunuh diri menewaskan dua polisi dan melukai tujuh orang di wilayah Kaukasus Utara Rusia itu, kata seorang juru bicara kepolisian provinsi Dagestan.
Pelaku meledakkan bom setelah polisi menghentikan mobilnya di sebuah pos pemeriksaan sekitar 100 kilometer sebelah utara ibukota Dagestan, Makhachkala.
Sementara, bentrokan lain menewaskan delapan orang di wilayah Kaukasus Utara. Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, basis gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum syariah.
Polisi di Makhachkala, ibukota Dagstan, mengatakan, mereka masih memburu dua orang yang membunuh kepala sekolah, Patimat Magomedova, dengan senapan setelah wanita itu memasuki rumahnya.
Sementara itu, polisi mengatakan, lima gerilyawan termasuk seorang wanita tewas dalam tembak-menembak dengan pasukan federal di Desa Kirovaul, sekitar 150 kilometer sebelah utara Makhachkala.
Di wilayah tetangga Chechnya, tiga prajurit tewas dalam bentrokan dengan gerilyawan, kata kantor berita Interfax mengutip satu sumber penegak hukum.
Dalam beberapa bulan ini, serangan terhadap guru dan imam semakin sering terjadi di Dagestan. Mereka jadi sasaran karena menurut para analis, gerilyawan menganggapnya tidak mematuhi ajaran Islam yang benar.
Polisi Dagestan menyatakan, granat, senapan otomatis dan amunisi ditemukan di lokasi kejadian. Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Pada 12 September, sejumlah orang bersenjata menembak mati seorang aparat keamanan senior di Republik Dagestan, sementara polisi membunuh sedikitnya tujuh gerilyawan.
Gapal Gadzhiyev, kepala pemberantasan ekstrimisme kepolisian Distrik Federal Kaukasus Utara, tewas ditembak di mobilnya ketika menuju tempat kerjanya di Makhachkala.
ITAR-TASS mengutip satu sumber kepolisian mengatakan, tujuh militan yang bersembunyi di dalam sebuah rumah di Makhachkala tewas selama operasi keamanan.
Pada 29 April, serangan bom mobil bunuh diri menewaskan dua polisi dan melukai tujuh orang di wilayah Kaukasus Utara Rusia itu, kata seorang juru bicara kepolisian provinsi Dagestan.
Pelaku meledakkan bom setelah polisi menghentikan mobilnya di sebuah pos pemeriksaan sekitar 100 kilometer sebelah utara ibukota Dagestan, Makhachkala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar