REPUBLIKA.CO.ID, YERUSSALEM -- Otoritas Kemanan Israel menutup akses masuk menuju Masjidil Aqsha bagi pemuda Muslim Palestina dan Israel, saat Jumat (15/3). Aturan sepihak itu menyusul perkelahian antara warga Palestina dengan perwira Yahudi beberapa waktu lalu.
Laman Ahram mengatakan, kepolisian Israel berjaga ketat di Masjidil Aqsha saat umat Islam hendak melaksanakan shalat Jumat. Kepolisian hanya membolehkan warga Muslim Israel masuk ke situs reliji tersebut.
Beberapa dokumen penting juga menjadi syarat mutlak. Selain membawa identitas kependudukan Israel, pria di bawah usia 50 tahun juga tidak diizinkan untuk melaksanakan shalat.
Tindakan tersebut adalah pen cegahan konsentrasi massa. Seorang anggota intelijen zionis mengatakan, pemuda Palestina kerap memotori kerusuhan usai shalat. "Orang-orang Palestina itu suka melakukan tindakan rusuh," kata dia kepada al-Hayat, dan dilansir Ahram, Jumat (15/3).
Masjidil Aqsha adalah situs relijius bagi tiga agama samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam). Akan tetapi okupasi paksa Zionis Israel ke wilayah Yerussalem Palestina, membuat situs ini tercaplok paksa oleh agresi zionis.
Negara Yahudi itu meyakini, tidak satu pun agama yang punya hak atas bangunan sejak zaman nabi-nabi itu selain kelompok Yahudi. Mereka meyakini Masjidil Aqsha berada di atas Kuil Sulaiman yang tertimbun.
Zionis berusaha menguasai kiblat pertama umat Islam itu untuk menghancurkannya. Pekan lalu, kerusuhan hebat terjadi di situs tersebut. Satuan militer zionis masuk ke ruangan shalat dengan senjata dan seragam lengkap.
Mereka berusaha menangkap seorang pelajar perempuan Palestina. Salah seorang perwira mengubrak-abrik salah satu ruangan tempat pelajar wanita mengaji.
Kepala Yayasan al-Aqsha, Mahmoud Abu Atta mengatakan, perwira itu menyobek-nyobek kitab suci Al-quran.Puas dengan aksi penghinaan itu, para serdadu lalu melenggang di atas lembaran ayat-ayat suci yang berceceran di lantai tersebut. Aksi provokasi tersebut mengundang berbagai bentrokan fisik antara militer Israel dan warga Yerussalem di Palestina.
Repost Dari Republika
Laman Ahram mengatakan, kepolisian Israel berjaga ketat di Masjidil Aqsha saat umat Islam hendak melaksanakan shalat Jumat. Kepolisian hanya membolehkan warga Muslim Israel masuk ke situs reliji tersebut.
Beberapa dokumen penting juga menjadi syarat mutlak. Selain membawa identitas kependudukan Israel, pria di bawah usia 50 tahun juga tidak diizinkan untuk melaksanakan shalat.
Tindakan tersebut adalah pen cegahan konsentrasi massa. Seorang anggota intelijen zionis mengatakan, pemuda Palestina kerap memotori kerusuhan usai shalat. "Orang-orang Palestina itu suka melakukan tindakan rusuh," kata dia kepada al-Hayat, dan dilansir Ahram, Jumat (15/3).
Masjidil Aqsha adalah situs relijius bagi tiga agama samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam). Akan tetapi okupasi paksa Zionis Israel ke wilayah Yerussalem Palestina, membuat situs ini tercaplok paksa oleh agresi zionis.
Negara Yahudi itu meyakini, tidak satu pun agama yang punya hak atas bangunan sejak zaman nabi-nabi itu selain kelompok Yahudi. Mereka meyakini Masjidil Aqsha berada di atas Kuil Sulaiman yang tertimbun.
Zionis berusaha menguasai kiblat pertama umat Islam itu untuk menghancurkannya. Pekan lalu, kerusuhan hebat terjadi di situs tersebut. Satuan militer zionis masuk ke ruangan shalat dengan senjata dan seragam lengkap.
Mereka berusaha menangkap seorang pelajar perempuan Palestina. Salah seorang perwira mengubrak-abrik salah satu ruangan tempat pelajar wanita mengaji.
Kepala Yayasan al-Aqsha, Mahmoud Abu Atta mengatakan, perwira itu menyobek-nyobek kitab suci Al-quran.Puas dengan aksi penghinaan itu, para serdadu lalu melenggang di atas lembaran ayat-ayat suci yang berceceran di lantai tersebut. Aksi provokasi tersebut mengundang berbagai bentrokan fisik antara militer Israel dan warga Yerussalem di Palestina.
Repost Dari Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar