Rabu, 11 Mei 2011

Komisi Iptek ASEAN Punya Enam Program Unggulan

Staf Khusus Menristek Bidang Kelembagaan Dr Ade Komara menyatakan bahwa Komisi Iptek ASEAN memiliki enam program unggulan (flagship programs).

“Setiap program unggulan itu ada negara yang bertanggung jawab untuk memimpin program,” katanya seperti disampaikan Tenaga Ahli Media Menristek H Drs Muarif di Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Ade Komara pada Selasa (3/5) mendampingi Menristek Suharna Surapranata pada acara Lokakarya ASEAN untuk Pelaksanaan Program Unggulan Komite Iptek di Bandung.
Komite Iptek ASEAN atau ASEAN COST (ASEAN Committee on Science and Technology) merupakan salah satu komite yang ada dalam
Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN).  Ia menjelaskan di komite tersebut, terdapat ASEAN Plan of Action in Science and Technology (APAST) yang berisi rencana aksi kerja sama di bidang Iptek antarnegara-negara ASEAN.
Menurut Ade Komara, di dalam APAST ini ada enam program unggulan, pertama adalah sistem peringatan dini (early warning system) dan pengurangan risiko bencana yang dipimpin Indonesia.
“Kedua, program unggulan aplikasi perangkat lunak `open source` yang juga dipimpin oleh Indonesia,” katanya.
Ketiga, program biofuel yang dipimpin Malaysia, keempat  program kesehatan oleh Singapura, kelima program unggulan makanan oleh Thailand, dan keenam program unggulan mengenai perubahan iklim dipimpin Filipina.
Ia menjelaskan lokakarya selama dua hari (3-4/5) itu untuk merumuskan peta jalan (road map) dan rencana implementasi dari program unggulan tersebut secara lebih rinci sehingga bisa segera dilaksanakan.
Menurut Ade Komara, masing-masing negara penanggung jawab akan mempresentasikan mengenai peta jalan dan rencana implementasi untuk disempurnakan berdasarkan masukan semua negara anggota.
Dengan demikian target minimal dari lokakarya tersebut adalah terumuskannya tujuan, hasil, keluaran dan aktivitas dari semua program unggulan tersebut.
“Untuk level ASEAN, lokakarya ini penting karena enam program unggulan inilah yang merupakan program nyata kerja sama bidang Iptek,” katanya.
Karena itu, kata dia, lokakarya tersebut harus menghasilkan rencana yang implementatif sehingga ASEAN betul-betul memiliki program kerja sama yang berjalan untuk menyongsong pembentukan Masyarakat ASEAN pada 2015.
Ia menambahkan, Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah lokakarya sesuai kesepakatan pertemuan ASEAN COST di Thailand pada Desember 2010.
Kemenristek, dalam hal ini Deputi Jaringan Iptek, adalah ketua delegasi Indonesia di ASEAN COST, dan mengkoordinasikan beberapa lembaga lain untuk dua program unggulan yang menjadi tanggung jawab Indonesia.
Untuk Sistem Peringatan Dini dan Pengurangan Resiko Bencana, tim Indonesia terdiri atas Ristek, BMKG, Bakosurtanal dan BPPT, sedangkan tim Aplikasi Perangkat Lunak  open source, tim Indonesia terdiri atas Ristek, Kemenkominfo, dan LIPI.
Menurut dia, bagi Indonesia, peran di kedua program unggulan ini cukup strategis untuk meningkatkan pengaruh Indonesia di tingkat ASEAN.
Di kedua bidang ini Indonesia sudah memiliki kemampuan dan program yang cukup baik, sehingga dengan adanya kerja sama ini dapat ditingkatkan dan diperluas skalanya menjadi skala regional.
“Sedangkan untuk program unggulan lain, Indonesia akan berkontribusi sesuai dengan program nasional yang memang sudah ada selama ini,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar